Memanusiakan Manusia

            Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
            Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
            Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
            Di Indonesia dewasa ini, penerapan teori humanistik dalam pendidikan masih terbatas pada dunia perkuliahan (setidaknya menurut pengalaman saya seperti itu). Prinsip behavioristik masih mendominasi kegiatan belajar-mengajar siswa/i Indonesia. Bukti kuatnya prinsip behavioristik berperan dalam dunia pendidikan kita adalah masih maraknya yang dinamakan dengan ‘ranking’ setiap pembagian raport. Semua bakat diakumulasikan, dan semua individu disamaratakan. Padahal setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda. Bisa jadi seorang anak mendapat ranking terendah karena dia tidak bisa pelajaran eksakta, tetapi dia sangat berbakat dalam seni suara. akan sangat baik jika mulai sekolah menengah, para siswa sudah merasakan penerapan humanistic dalam lembaga pendidikan agar tidak terlalu terlambat untuk mengetahui dan mengembangkan bakat seorang individu. Supaya Negara Indonesia ini memiliki banyak ahli dalam berbagai bidang dan mencapai kemakmurannya dari tangan-tangan anak bangsa pula.

            Berdasarkan uraian saya yang singkat itu, APAKAH UAN BENAR2 BAIK???
tentu saja tidak. kita tidak bisa menentukan kesuksesan manusia dari satu sudut pandang saja. tidak bisa manusia yang sangat UNIQUE hanya ditentukan kelulusannya dengan 6mata pelajaran yang sama. apakah adil seorang siswa yang jenius melukis diuji kelulusannya dengan pelajaran matematika?
            UAN harus dihapuskan! setiap siswa harus dihargai potensinya! karena setiap manusia berhak untuk menentukan jalan kesuksesannya sendiri.....
            So, bagaimana menurut anda????
Share this article :
 

 
Di Otak-Atik Oleh : Sujacka Retno
Copyright © 2013. Cara Apa Aja Ada - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger